Sabtu, 27 November 2010

Mengenal MLM

Sistem Peringkat
           
Di setiap marketing plan perusahaan MLM memiliki jenjang peringkat yang berbeda-beda baik dari segi jumlah tahapan pencapaian peringkatnya maupun syarat pencapaian peringkat itu sendiri. Tahapan pencapaian peringkat demi peringkat memang dirancang untuk memberikan anda sebuah reward dan bonus oleh perusahaan karena upaya anda dalam mengembangkan sebuah jaringan bisnis MLM. Akan tetapi tahukah anda bahwa tahap demi tahap pencapaian sebuah peringkat terkadang menimbulkan sebuah perjuangan yang sangat berat, capek, dan bahkan jenuh? Itu memang sebuah konsekuensi yang harus anda ambil bukan?
            Para pelaku MLM cenderung terjebak dengan yang namanya peringkat. Mereka terlalu mendewa-dewakan arti sebuah nama peringkat, layaknya memegang jabatan penting di sebuah perusahaan. Dan lagi cenderung keliru kalau peringkat tinggi bonus juga tinggi, dan itu belum tentu selamanya begitu. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas mengenai rule of the game-nya, anda pasti tentunya akan paham maksud saya.
            Syarat kenaikan peringkat yang terjadi di hampir semua marketing plan MLM adalah :
a.      Membentuk omzet penjualan pribadi.
b.      Minimal membangun jaringan sebanyak 1 – 2 kaki/ frontline dengan cara yang sama seperti yang anda lakukan.
c.      Memiliki total omzet grup/TGS/GBV sesuai nominal tertentu yang telah disyaratkan.
d.      Memiliki total omzet di kaki/grup yang lain selain 2 kaki/2 fronline utama yang disebut dengan side volume
e.      Melakukan kewajiban tutup point tiap bulannya sesuai dengan syarat dalam marketing plan.
Jika salah satu syarat di atas tidak dipenuhi maka jangan harap anda bisa naik peringkat. Yang lebih menakutkan para upline biasanya adalah terjadi break away/break bonus yaitu peringkat downline sama dengan peringkat upline/sponsor. Hal ini akan mengakibatkan :
a.      Bonus yang diperoleh upline/sponsor menjadi nol (bonus menjadi turun drastis).
b.     Downline yang dibantu perkembangan jaringannya hingga peringkatnya sama dengan upline/sponsor menjadi suatu ancaman bagi besar kecilnya bonus yang diterima
c.      Jaringan besar = Biaya operasional besar.
Ada beberapa hal yang sering dilakukan para upline/sponsor jika mengalami break bonus/break away :
a.      Tidak mau atau biasanya setengah hati dan malas membantu perkembangan jaringan dari downline yang cepat perkembangannya.
b.      Membeli omzet grup yang perkembangannya lambat dengan harapan akan lolos dari syarat untuk meningkatkan peringkat maupun untuk menerima bonus.
c.      Mensponsori kaki baru (frontline) alias melakukan pola jaringan melebar.
Kenaikan peringkat inilah yang akan menjadi tujuan utama dari para pelaku MLM dalam hal mencapai bonus yang besar, memperoleh reward-reward, dan terakhir adalah passive income yang artinya tidak bekerja lagi tetap dapat income (pensiun), tapi benarkan passive income demikian adanya? Bukannya saya berpikir atau berpandangan negatif tetang hal ini, yang membuat saya heran adalah, bagaimana bisa kita passive income kalau kita masih saja harus memenuhi syarat-syarat  dalam rule of the game-nya? Percaya tidak percaya pelajarilah lagi marketing plan MLM yang anda jalani saat ini hingga peringkat puncak dengan rule of the game yang saya jelaskan tadi. Tetapi sekali lagi ada beberapa perusahaan MLM di dalam marketing plan mereka yang membebaskan berbagai persyaratan / kewajiban apapun juga begitu peringkat anda sudah pada posisi puncak.
Kalau boleh saya lebih ekstrem bertanya kepada anda sekalian yang menjalankan bisnis MLM, anda cenderung lebih memilih mana : Jumlah jenjang peringkat yang pendek/sedikit atau jumlah jenjang peringkat yang panjang/banyak? Sebab menurut saya, ada beberapa hal menarik dari para pelaku MLM dalam mengejar peringkat namun yang didapat adalah kecewaan.
Jenjang peringkat yang panjang dan diiringi dengan iming-iming reward yang sungguh mengerikan seperti mobil mewah, pesawat terbang, rumah mewah, vila mewah, dsb bisa menjebak anda. Diharapkan dengan peringkat tinggi income juga tinggi, namun kenyataannya sering berbeda, peringkat tinggi tetapi income rendah ibarat “Pangkat Jendral tetapi Gaji Kopral”. Ternyata sebenarnya tujuan utama seseorang mengikuti bisnis MLM adalah BESARNYA BONUS dan BUKAN TINGGINYA PERINGKAT.
Yuk kita coba lihat berapa jumlah jenjang karier/peringkat yang ada di perusahaan MLM, seperti :
a.      Tianshi. Memiliki jumlah 18 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
b.      DXN. Memiliki jumlah 14 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
c.      Elken. Memiliki jumlah 14 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
d.      High Dessert. Memiliki jumlah 12 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
e.      Revell. Memiliki jumlah 12 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
f.        Nutrend. Memiliki jumlah 12 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
g.      Tasly. Memiliki jumlah 11 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
h.      K-Link. Memiliki jumlah 11 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
i.         KK Indonesia. Memiliki jumlah 11 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
a.      Viva Life Science. Memiliki jumlah 11 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
b.      Tahitian Noni International. Memiliki jumlah 10 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
c.      Sinergi Plasindo Dinamika. Memiliki jumlah 10 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
d.      Wootekh. Memiliki jumlah 10 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
e.      OXY. Memiliki jumlah 9 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
f.        Immunotec Profarmasia. Memiliki jumlah 9 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
g.      Triple S. Memiliki jumalh 9 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
h.      CNI. Memiliki jumlah 8 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
i.         Merro International. Memiliki jumlah 7 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
j.         Smart Naco Indonesia. Memiliki jumlah 6 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
k.       Sophie Martin. Memiliki jumlah 6 jenjang peringkat yang harus ditempuh.
Nah saya mau tanya kepada anda, kalau anda sekarang ini lagi menjalankan bisnis MLM, apapun itu perusahaannya, pertanyaan pertama, coba anda hitung berapa jumlah jenjang karier/peringkat dari peringkat awal hingga posisi puncak? Sudah dihitung? Pertanyaan kedua, butuh berapa kaki atau frontline untuk mencapai peringkat puncak? Sudah dihitung? Pertanyaan ketiga, sudah berapa kaki atau fronline yang anda sponsori langsung?
Sering  kali ketiga pertanyaan yang saya ajukan tadi saya lontarkan baik kepada teman-teman saya yang lagi fokus dan komitmen menjalankan bisnis MLM maupun kepada orang yang dulu pernah memprospek saya. Maksud dari pertanyaan saya begini : Terkadang kita sebagai pelaku MLM sering kali melakukan rekruting/sponsoring sebanyak mungkin dan kalau perlu sebanyak minimal 10 orang yang harus kita rekrut sebagai fronline kita. Karena para leader memberikan sebuah asumsi hukum pareto 80 : 20, maksudnya dari 10 orang yang anda rekrut sebanyak 80 % tidak aktif menjalankan bisnisnya (yaitu 8 orang frontline anda) sedangkan 20 % aktif menjalankan bisnisnya (yaitu sekitar 2 orang frontline anda). Coba anda bayangkan jika untuk mencapai posisi puncak peringkat hanya membutuhkan misalnya 4 kaki/frontline saja, berarti jumlah orang yang harus anda rekrut sebanyak (sesuai hukum pareto) 20 orang, dan bisa anda bayangkan betapa susahnya untuk mendapat 20 orang tersebut.
Mungkin bagi anda merekrut sebanyak 20 orang sebagai frontline sangat mudah, tetapi pernahkah anda memikirkan barapa waktu yang anda perlukan untuk membina frontline anda sebanyak 20 orang tersebut? Berapa jumlah biaya yang harus anda keluarkan sebagai akibat dari pembinaan tersebut? Pernahkah terpikirkan sebelumnya? Ingat semakin banyak jumlah frontline yang anda ciptakan/buat semakin besar ongkos pengeluaran yang harus anda keluarkan. Kalaupun anda jawab ok-ok saja ya silahkan saja.
Konsep membangun jaringan yang dilakukan kebanyakan leader/pelaku MLM adalah membangun jaringan secara melebar (memperbanyak jumlah fronline) ketimbang kedalaman (membantu downline anda yang sudah anda rekrut). Dan aneh bin ajaib, baru-baru ini saya perhatikan beberapa pelaku MLM sudah merubah konsepnya mengarah pada kedalaman dan bukan mengejar kelebaran kaki/frontline. Hal ini membuat saya berpikir ulang, kenapa tidak dari dulu mereka (pelaku MLM) melakukannya.
Ada hal yang menyebabkan kenapa para pelaku MLM lebih cenderung melakukan konsep melebar selain karena hukum pareto tadi yaitu dengan merekrut member baru bergabung saja sudah dapat bonus yaitu bonus sponsor/rekrut yang nominalnya lumayan juga. Setiap marketing plan yang saya perhatikan dan pelajari ada beberapa perusahaan MLM yang memberlakukan kalau kita merekrut sudah dapat bonus dan bahkan besar nominal dari bonus sponsor/rekrut bisa sampai diatas Rp.700.000 per orang yang disponsor/rekrut, dan ini sudah menyalahi aturan konsep MLM sebenarnya di mana bonus diperoleh karena ada penjualan baik dalam bentuk PV maupun BV di grupnya. Konsep ini masih saya temui di beberapa perusahaan MLM yang bernaung sebagai anggota di APLI.
Sangat disayangkan kalau hanya sekedar melakukan aktivitas rekrut saja sudah dapat bonus, bagaimana pelaku MLM bisa melakukan membentuk aktifitas penjualan di grupnya. Dan ini bisa dikatakan sebagai iming-iming bonus pada tahap awal. Belum lagi iming-iming berikutnya yang mengatakan kalau sudah sampai peringkat tertentu akan medapatkan bonus/penghasilan yang rutin diterima antara sekian rupiah hingga sekian rupiah tiap bulannya. Suatu bentuk perilaku yang buruk bukan?
Perusahaan MLM yang benar adalah sistem didalam marketing plan mereka tidak ada sistem yang kalau kita merekrut member baru bergabung langsung dapat bonus, melainkan bonus diterima dari aktifitas pembelian dan penjualan di dalam suatu grup. Ini konsep yang benar. Namun yang terjadi di beberapa perushaan MLM yang lain menerapkan secara berbeda yaitu secara sadar atau tidak seorang distributor dipaksa untuk belanja produk langsung senilai entah itu Rp.500,000 atau Rp 2,000,000, terus apa gunanya ada biaya keanggotaan yang murah sebagai langkah awal bergabung yang senilai antara Rp.50.000 – Rp. 150,000?
Kalau dengan sistem pemaksaan secara langsung maupun tidak langsung di dalam marketing plan mereka, berarti marketing plan tersebut sudah mengarah kepada program fast track yang sangat dilarang oleh APLI maupun WFDSA.
Apakah peringkat yang terlalu tinggi atau terlalu panjang untuk mencapainyan sangat nyaman bagi anda selaku distributor? Kira-kira butuh waktu berapa lama anda untuk mencapainya? Dan tahukah anda bahwa dalam dunia bisnis manapun juga (termasuk juga di bisnis MLM) semakin banyaknya jumlah produk yang ada di pasaran secara tidak langsung menciptakan susasana persaingan atau kompetisi (baik itu sesama distributor perusahaan MLM maupun antar sesama kompetitor perusahaan MLM lain). Dengan adanya kompetisi produk MLM dalam siklus bisnis, siapkah anda berkompetisi dengan distributor perusahaan MLM lain, baik yang perusahaan MLM yang baru maupun yang lama? Dan bagaimana target anda dalam mengejar peringkat puncak yang sering didengung-dengungkan sebagai peringkat passive income sedangkan di sisi yang lain suatu siklus bisnis harus berjalan sebagai mana adanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar